Khairunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaat bagi orang lain

Berusaha bermanfaat bagi orang disekitar, kejayaan Islam, kebangkitan Indonesia dan diri sendiri...

Berusaha bermanfaat bagi orang disekitar, kejayaan Islam, kebangkitan Indonesia dan diri sendiri..

Sabtu, 21 April 2012

Urgensi Pewarisan dalam Pembekalan Diri dalam Rangka Melanjutkan Estafet Dakwah Kampus


 Taurits (pewarisan) atau regenerasi sangat diperlukan dalam setiap barisan perjuangan. Tidak hanya barisan perjuangan untuk kebaikan tapi untuk kejahatan pun mereka yang tergabung didalamnya melakukan pewarisan. Maka dari itu, dalam dakwah kampus pun diperlukan pewarisan. Pewarisan amanah dakwah dengan tanpa menghilangkan jejak atau kontribusi pendahulu.
Pewarisan ini harus cermat dan tepat. Karena tidak dapat ditutupi lagi, sekarang ini tantangan dakwah semakin sulit padahal media yang tersedia seharusnya dapat mempermudah kita dalam memajukan Islam. Namun, ini karena pribadinya yang justru termanjakan oleh media tersebut. Medan dakwah sekarang ini bukan hanya sekadar lewat dunia maya, hanya lewat obrolan singkat tanpa makna, tapi lebih dari itu, seperti jaman dahulu, kita harus berkontribusi nyata, mencari ilmu sebanyak-banyaknya tentang Islam dan menyampaikannya pada umat serta juga untuk bekal kita membela diri saat ada orang yang membutuhkan informasi ke-Islam-an atau saat ada orang yang ingin berdebat tentang ke-Islam-an.
Bekal utama pewarisan adalah iman. Seperti yang telah disampaikan oleh Hasan Al-Bana, “Mereka telah mendengar panggilan iman, lalu mereka pun beriman. Kita berharap Alloh berkenan menanamkan rasa cinta kepada iman ini dan menjadikannya sebagai hiasan di hati kita, sebagaimana Ia telah menganugerahkan hal yang sama kepada para pendahulu kita”.
Iman mempengaruhi setiap aspek kehidupan. Terutama dalam hal beribadah dan ghiroh kita. Saat iman dalam posisi naik, qiyamul lail rasanya mudah dijalani, sholat dhuha sudah terasa wajib bagi kita, sholat awal waktu bukan lagi hal sulit, membagi waktu diantara bermacam-macam organisasi yang kita ikuti terasa lancar, ghiroh kita untuk berdakwah rasanya sudah pada puncaknya, kita jalan ke sini jalan ke sana mencari ilmu dan membagikannya pada ummat, ini semua berjalan hanya karena ketulusan hati kita serta dengan kesungguhan kita, dengan harapan semata meraih ridho Allah. Namun apa yang terjadi saat posisi iman dalam keadaan turun ? Jangankan beribadah wajib dengan benar dan tepat, hanya saat disuruh ibu untuk menyapu saja kita langsung marah atau malas-malasan. Saat ada panggilan dakwah, kita  gunakan 1001 macam alasan untuk izin, bahkan saat tidak izin pun kita merasa tenang-tenang saja.
Koreksi dan evaluasi ini dapat ana jabarkan karena ana pun pernah merasakannya, merasakan saat iman up dan down. Namun, inilah jalan dakwah, disaat kita up atau down pasti dan seharusnya ada sahabat yang menenangkan kita, mengajak kita kembali ke jalan yang benar. Dakwah tidak dapat kita lakukan sendirian, Rasulullah SAW membutuhkan Abu Bakar as Siddiq untuk menemaninya, Nabi Musa a.s. meminta izin pada Allah untuk mengajak Nabi Harun a.s menemaninya berdakwah pada Bani Israil. Karena itu, kita membutuhkan teman dalam berdakwah, yang dapat mengingatkan saat kita down dan dapat sama-sama bersemangat ber-tawazun saat kita up.
Inilah pentingnya pewarisan, mencari teman untuk saling mengingatkan dan menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, sesuai firman Allah dalam surat Al-Asr’. Untuk melanjutkan perjuangan, karena bila kita ada di jalan juang sekolah, tak selamanya kita jadi siswa, bila kita ada di jalan juang kampus, tak selamanya kita jadi mahasiswa, begitu selanjutnya.
Dari artikel yang pernah ana baca, ada 4 persiapan yang menjadi bekal untuk regenerasi dakwah, yaitu :

  1. Persiapan Ruhiyah, da’i adalah penyeru kalimat Allah yang harus selalu   menjalin hubungan yang baik dengan pemiliknya. Ia selalu memakai nama-Nya dalam seruannya: “Allahu Ghoyatuna” (Allah adalah tujuan kami). Tentu kita harus mengenal-Nya dengan baik. Kita harus tahu apa yang disukaiNya dan apa yang akan mengundang murkaNya.
  2. Persiapan Fikriyah, hati ikhlas tanpa pemahaman, kadang akan mengacaukan barisan dakwah, persiapan ini penting karena korban ghawzul fikri semakin banyak.
  3. Persiapan Syakilah (kemampuan), kita juga harus memiliki skill dalam berdakwah, kalau di zaman rasul mungkin ada Zaid bin Tsabit yang menguasai beragaai bahasa dengan detail dan fasih hanya dalam waktu 40 hari.
  4. Persiapan Jasadiyah, Rasulullah dan para sahabat memiliki aktivitas yang seimbang, semuanya terakomodasi dalam dakwah, sedangkan kita, kadang timpang.


Acara SEDAP-LDK UNJ





Acara Keputrian-SMAN 12 Jkt


“Sebuah nasihat untuk diri sendiri, sahabat, dan semua penyeru kebaikan dimana saja berada.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar