Khairunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaat bagi orang lain

Berusaha bermanfaat bagi orang disekitar, kejayaan Islam, kebangkitan Indonesia dan diri sendiri...

Berusaha bermanfaat bagi orang disekitar, kejayaan Islam, kebangkitan Indonesia dan diri sendiri..

Senin, 25 Februari 2013

Menjadi Insan Pembelajar Sejati



Bismillahirrahmanirrahim....

Assalamu’alaikum  Wr. Wb

Apakabar semuanya???
Sudah dihitungkah berapa banyak nikmat yang kamu rasakan hari ini?? Ehm,, sudah sudah tak usah dihitung-hitung deh,, sampe botak juga ga bisa ngitungnya.. hhe,,  mending BERSYUKUR aja yuk. Alhamdulillah
:) 

Hari ini As mau berbagi sedikit ilmu yang As dapetin di KISS kamis kemarin.. apaan tuh KISS?? Bukan yg ditipi itu loh ya,, KISS ini beda.. KISS kreasinya orang-orang kece di MUA.. Kajian Islam Kamis Sore.. tiap kamis sore rutin loh diadain pas hari kuliah aktif, great kan. Jadi kalo lg lowong dikamis sore, dateng aja ke Masjid Ulul Albaab kampus B UNJ (deket velodrome, sebrang Arion, hihi), in syaa Allah bermanfaat.

Lanjut yuk, kamis kemaren KISS ngangkat tema “Menjadi Insan Pembelajar Sejati”. Yang ngebawain Ustad Bendri Jaisyurrahman, bisa dibilang ustad KISS banget juga,, hehe.
Kata Ustad Bendri, kenapa sih manusia harus belajar??
mau tau jawabannya?? Mau banged?? Mauu?? Mau?? As ga pelit kok,, hehe.. cekidot nihh.

Manusia harus belajar karena :

(1) Fitrahnya manusia ya memang belajar.
Karena belajar itu memanusiakan manusia. Persis nih kata dosen PIP As. Ya memang, saat manusia belajar, barulah ia dikatakan manusia, ekstrimnya gitu. Kalo dia ga mau belajar, berarti dia gak menggunakan akalnya, padahal akal kan yang membedakan kita dengan hewan. Kalo kita ga menggunakan akal, berarti kita sama kayak ------- 

(2) Manusia telah diberikan sebaik-baik potensi.
Manusia memiliki 1 triliun (1.000.000.000.000), kurg gak tuh nol’y, ya itu deh, 1 triliun, 1 triliun sel otak sejak lahir. Siput aja hanya punya 8 sel otak, tapi punya radar yang bagus. Radar yg membuat dia langsung memasukn badannya ke rumahnya kalo dia merasa ada orang/benda/makhluk yang mendekatinya. Lebah punya 7.000 sel otak, tapi dia mampu untuk menentukan tempat yang terbaik untuk membuat sarang. Belum pernah kan liat lebah buat sarang di selokan?? Hmm hmm... Menurut penelitian, lupa penelitian siapa, ga As tulis ap yg ustadny bilang, saking takjubnya. Kalau otak manusia dipakai tiap detik, tiap detik ya, baru akan penuh 3/30 juta tahun kemudian (maap As lupa lagi, 3/30 juta tahun). Tapi kalo kita ambil yg terkecil 3juta tahun, jelas itu lama bagd, usia kita ga sampai segitu juga, dan otak kita kaykny ga digunain tiap detik juga, hmm hmm. Nah, jadi kata ustad Bendri, ga ada lagi tuh alasan tuk bilang “otak ane tidak mampu lagi untuk menghapal Al-Qur’an”.. Stok kosong otak kita masih banyak.. Tamparan, bahkan pukulan utk As juga ini.
Ada secuil kisah nih tentang Zaid bin Tsabit. Jadi waktu masih kecil sahabat ini pernah ditolak utk berjihad. Dan dia langsung sedih dan menangis.. Ya Allah, anak kecil nangis karena ditolak utk berjihad. Semoga Allah merahmatinya. Akhirnya ibunya menasehatinya untuk mengganti jihadnya dengan menhafalkan Al-Qur’an. Dan dia pun menghafalkannya, 17 juz dalam waktu 2 hari.. Subhanallah. Kemudian ia menyetorkan hafalanny ke Rasulullah. Setelah itu Rasul menantangnya lagi utk belajar bahasa asing. Dan selama 7 hari ia sudah mampu menguasainya. Dan akhirnya, pada usia 21 tahun, dia mendapatkan tugas mulia yang amat besar. Yaitu mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an. Betapa ia benar-benar dan sungguh-sungguh dalma memanfaatkan jutaan sel otak yang telah Allah berikan.
Ingat, diakhirat nanti kita akan dimintai pertanggunjawaban.. Bertanggung jawab sudah kita apakan potensi yang telah diberikan Allah tuk kita.

(3) Meninggikan derajat manusia.
Allah Ta’ala berfirman:
“…… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…..” (Al Mujadilah:11)
Adalagi kisah tentang Ibnu Abbas ra, yang saat berusia 15 tahun, sudah dikatakan sebagai pemuda yang berjiwa syekh. Fatwa-fatwanya selalu tepat. Misalnya, saat ada seorang kakek yg bertanya padany boleh tidak mencium istrinya di siang hari di bulan Ramadhan, Ibnu Abbas ra membolehkannya, sementara saat ada seorang pemuda yang bertanya hal yang sama, Ibnu Abbas ra menjawab “tidak boleh”. Karena saat kakek mencium istrinya, sudah berhenti disitu saja. Sementara kalau si pemuda, dia akan memiliki hasrat untuk yg berlebih dari sekedar mencium. Betapa mulianya Ibnu Abbas ra. Sungguh Allah meninggikan derajat bagi orang yang belajar.

(4) Cara Allah memberi petunjuk dan hidayah.
Janganlah kita menjadi generasi imaah, ke kanan ikut, ke kiri ikut.. Generasi ikut-ikutan?? No no no. Harus punya prinsip dan keteguhan jiwa. Itu akan kita dapatkan bila kita berilmu. sehingga petunjuk Allah akan mudah masuk ke jiwa kita. Jangan jadi ALAY-JIWA MELAYANG.
Hidayah Allah sering kita lihat, banyak masuk ke kalangan ilmuwan. Salah satuny kita lihat dari kisah ini nih.
Mr Jacques Yves Costeau adalah seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang lahir pada 11 Juni 1910. Sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu dengan menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia melalui stasiun tv Discovery Channel.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya. Profesor tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.

Ayat itu berbunyi: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”.

Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 : “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Terpesonalah Mr Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Tak lama, Mr Costeau memeluk Islam.
Yang lain-lain, coba cari sendiri, ada Dr. Maurice Bucaile, Dr. Fidelma O’Leary, Dr. Jeffrey Lang, dan lainnya. Coba aja search di mbah googel,, (cari referensi yang shahih ya)..
Al-Qur’an juga menyuruh kita untuk “critical thinking”, coba baca terjemahan surah Al-Qoriah. Allah memulai dengan bertanya “Apakah hari kiamat itu?”.. tidak langsung menjelaskan apa itu hari kiamat..

(5) Inilah amalah yang terus bertambah.
Ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu dari 3 amal jariyah yang tidak akan terputus.. INGAT, pada hakikatny yg dikatakan ilmu adalah hal yg mampu mmbuat kita semakin beriman pada Allah,, itudeh ilmu yg bermanfaat.
Kata ustad bendri “amal itu ya lewat ilmu, ilmu itu downline/MLM berpahala”.. kita kasiih ilmu ke B, trus B kasih ilmunya ke C, C ke D, D ke E, E ke F,, dan seterusnya. Ingat hadis yg ini nih, Hadits arbain ke 31
Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesiapa yang mengajak ke jalan mengerjakan sesuatu amal yang baik,  adalah baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang menurutnya, dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala itu dari pahala-pahala mereka; dan (sebaliknya) sesiapa yang mengajak ke jalan mengerjakan sesuatu amal yang menyesatkan,  adalah ia menanggung dosa sebanyak dosa orang-orang yang menurutnya, dengan tidak mengurangi sedikit pun dosa itu dan dosa-dosa mereka."
(HR Muslim, Abu Daud dan Tirmizi)
(6) Pertarungan yang ada sekarang adalah pertarungan strategi,  pertarungan para ilmuwan.
 Sudah jarang pertarungan tentara ataupun senjata. Apalagi di Indonesia. Pertarungan fisik paling dilakukan para pelajar yang tawuran. Sekarang, ya ikut-ikutlah olimpiade, atau cerdas cermat. Ya sekedar partisipasi aktif J.. Jangan yang ikut-ikut olimpiade pelajar-pelajar nonmuslim aja. Sudah banyak si memang kita dapati pelajar muslim menang olimpiade. Ayo mari lanjutkan,, para orang tua dan calon orang tua,, ayoo dukung anaknya ikut olimpiade.
Umat Islam jaman sekarang hanya bangga dengan sejarah-sejarah kejayaannya masa lalu. Imam Syafi’i yang jadi ulama sejak 10 tahun sebelum ia baligh. Saat 10 thn itu ia mengisi ceramah dibulan Ramadhan, dan dia minum, tidak berpuasa, jawabanya,”karena saya tahu fiqih puasa.” Kewajiban puasa adalah bagi yang baligh. Mana lagi generasi pemuda penerus Imam Syafi’i??? –bigQuestion-
Yap, sekian ya yang As dapatkan di KISS kemarin. Semoga BERMANFAAT. Dan kalau ada ilmu-ilmu baru,, infoin As ya..
#BerbagiItuIndah:)
Wassalamu’alaikum  Wr. Wb

Senin, 25 Juni 2012

SEMANGAT MEMBINA

Membina adalah salah satu agenda taurits. Untuk mewariskan suatu hal, apalagi itu adalah hal kebaikan yang harus dipegang oleh orang yang luar biasa, maka dibutuhkan pembinaan. Pembinaan dapat dilakukan secara berkala ataupun secara insidental. Namun, untuk membentuk pribadi yang luar biasa yang wajib adalah pembinaan berkala yang intim (akrab). Pembinaan tersebut dapat melalui halaqoh atau mentoring atau liqo atau cerdas atau apapun itu namanya. Karena yang ana tahu, intinya baik.
Semangat membina harus timbul dalam tiap kader dakwah. Karena dakwah ini tidak akan berhenti sampai akhir zaman nanti. Maka kita harus mencari pendamping dan penerus-penerus kinerja dakwah. Cara mencarinya adalah dengan membina. Membina berarti menjadi mentor atau murobbi menurut ana. Tidak hanya sekadar menjadi kaka yang bisa diajak curhat atau berbagi. Namun, jika memang ini mampu untuk melecut dan membangkitkan semangat kita dalam membina, ini sangat baik. Tidak salah kok, jadi tetap semangat untuk memantapkan hati untuk membina.
Membina bukan hanya penting dalam perkara taurits. Ia juga penting sebagai “bank ilmu”. Sebuah teko tidak dapat mengisi gelas jika teko tersebut tidak berisi. Begitu juga dengan manusia, jikalau ia tidak berilmu maka ia tidak dapat membagi ilmu ke orang lain. Menjadi mentor membuat kita semakin terus termotivasi untuk terus menambah tsaqofah Islamiyah. Air dalam teko pun akan menyebabkan timbulnya lumut dan membuat air menjadi keruh bila teko tidak bergerak. Dengan proses menambah ilmu (mengaji) dan memberikan ilmu (membina) membuat ilmu kita selalu fresh, up to date dan semakin melekat. Sebuah teko bila telah terisi penuh air juga akan tumpah, luber kemana-mana isinya bila tidak ada yang menampung, dan akhirnya air yang terbuang itu sia-sia, padahal usaha sudah dimaksimalkan pastinya untuk memenuhi teko tersebut. Begitu pula dengan manusia, ilmu yang kita punya jangan sampai terbuang percuma ataupun terlupakan karena tidak pernah kita sentuh dan terlalu penuh. Entah penuh dengan kesomobongan atau apa. Dengan berbagi ilmu, setidaknya kita menambah satu amal jariyah bagi kita, ilmu yang bermanfaat. Yang pahalanya apabila kebaikan ilmu itu dikerjakan orang lain, maka pahala dari kebaikan itu akan bertambah juga ke pundi pahala kita tanpa mengurangi sedikit pun pahala bagi yang mengerjakannya.
Demikianlah filosofi teko air dan gelas yang dapat ana paparkan. Setidaknya filosofi itu dapat sedikit demi sedikit melecut motivasi dan semangat ana pribadi dalam membina.

Jumat, 22 Juni 2012

Al-Wala’ Wal-Baro’

Al-Wala’ Wal-Baro’ merupakan penjabaran ciri pribadi muslim yang pertama kali disebutkan, salimul aqidah. Pengertian secara kata dari Al-Wala’ Wal-Baro’ adalah loyalitas dan antiloyalitas. Terdiri dari dua kata, Al-Wala’ yaitu loyalitas dan Al-Baro’ yaitu antiloyalitas. Kedua kata ini merupakan suatu kesatuan layaknya dua sisi mata koin yang tak dapat berpisah dan saling melengkapi.

Konsep Al-Wala’ Wal-Baro’ tercakup dalam kalimat tauhid, LAA ILLAHA ILLALLAH (Tiada Tuhan Selain Allah). Kalimat tauhid ini terdiri dari hanya 3 huruf à Alif, Lam dan Ha. Terbentuk dari 4 kata, dengan penjelasan sebagai berikut.
1)       Laa artinya tidak atau penolakkan terhadap sesuatu yang berada di depan setelah kata tersebut. Makna tidak di sini ditekankan secara keras, menandakan suatu hal yang tidak dapat ditentang lagi.
2)       Illaha artinya sesembahan. Karena sebelum kata Illaha tertulis Laa, maka sesembahan di sini ditolak keberadaannya, maksudnya menjadi sesembahan yang ditiadakan.
3)       Illa artinya kecuali.
4)       Allah artinya Allah, Tuhan seluruh alam.

Konsep Al-Wala’ Wal-Baro’ juga sama seperti konsep atau makna kalimat syahadat, ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAAH (Aku Bersaksi Tidak Ada Tuhan Selain Allah Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah). Al-Wala’ dan Al-Baro’ layaknya Asyahdu an-lla Illaha Illallah dan Asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah, antara kata sebelum dan sesudahnya memiliki hubungan layaknya dua sisi koin. Saling melengkapi dan memang harus dilengkapi. Meyakini syahadat harus keseluruhan, begitu juga dengan Al-Wala’ Wal-Baro’.
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
(TQS An-Nahl ayat 36)

 -> Inti dakwah Nabi adalah mengingkari semua sesembahan kecuali Allah Azza Wa Jalla
 "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.  Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."
(TQS An-Nisaa ayat 48)

 ->  Syirik merupakan dosa yang tidak akan diampuni.
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”
(TQS Muhammad ayat 19)

 ->Mengapa Salimul Aqidah dijadikan ciri pribadi muslim yang pertama, ayat ini salah satu landasannya. Tidak ada Ilah (sesembahan) selain Allah.
“Tali ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah” (HR. Hakim, dihasankan Al-Albani)

 -> Iman mencapai titik kesempurnaan saat semua-semuanya adalah karena Allah.

Al-Baro’
Baro’ = pembebasan atau anti loyalitas. Al-Baro’ mengandung arti mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memerangi terhadap sesuatu selain Allah.

Contoh sikap Baro’:
-         Sikap Baro’ ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as terhadap kaumnya. Ketika Ibrahim as menghancurkan patung-patung berhala kala itu.
-         Tawaran dari kaum kafir quraisy kepada Rasulullah, agar Rasul menghentikan kegiatan dakwahnya maka beliau akan mendapatkan kekuasaan. Dan pada akhirnya Rasulullah mengingkarinya

Diferensial atau turunan dari Al-Baro’ adalah Hadam (penghancuran). Baro’ itu hadam terhadap sekutu-sekutu selain Allah. Contohnya adalah kisah Nabi Ibrahim as saat menghancurkan patung-patung berhala dan peristiwa fathul makkah, dimana Rasulullah menghancurkan kurang lebih 360 berhala.
Baro’ membedakan muslim dengan kafir, membedakan hizbullah dengan hibusyaithon. Orang-orang beriman wajib mengajak orang-orang kafir dengan dakwah secara hikmah.

Al-Wala’
Al-Wala’ adalah loyalitas kepada Allah. Pengukuhan terhadap kekuasaan Allah. Selalu menaati, mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, membela, mendukung dan menolong, yang kesemuannya itu ditujukan kepada Allah, beserta agama dan hamba-hamba-Nya. Sifat wala’ yang dapat kita lakukan saat ini adalah wala’ terhadap saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Mesir (saat revolusi utamanya), Patani, Rohingya, dsb.

Salah satu bentuk loyalitas adalah sami’na wa atho’na (aku dengar dan aku taat). Taat kepada pemimpin yang adil.
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(TQS Yunus ayat 61-62)

 -> Tidaklah luput pengetahuan dan pengawasan Allah dari apa yang terjadi pada makhluknya.

Wala’ kepada Allah berarti selalu mendahulukan Allah, yakinlah akan janjinya pada Surat Muhammad ayat 7, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Diferensial atau turunan dari Al-Wala’ yang pertama adalah Al-Bina (membangun). Membangun hubungan yang kuat dengan Allah, Rasulullah dan orang-orang yang beriman, serta sistem dan aktivitas kehidupan muslim.
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
(TQS Al-Hajj ayat 41)
-> Ciri mukmim senantiasa menegakkan agama Allah

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(TQS An-Noor ayat 55)
             ->Posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi manusia yang membangun dinnullah.

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
(TQS Al-Hajj ayat 78)
-> Jihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad adalah cara paling tepat untuk membangun dinnullah.
            -> Pengertian Jihad dalam Pandangan Islam
Kata Jihad berasal dari kata Al Jahd (ُالجَهْد) dengan difathahkan huruf jimnya yang bermakna kelelahan dan kesusahan atau dari Al Juhd (الجُهْدُ) dengan didhommahkan huruf jimnya yang bermakna kemampuan. Kalimat (بَلَغَ جُهْدَهُ) bermakna mengeluarkan kemampuannya. Sehingga orang yang berjihad dijalan Allah adalah orang yang mencapai kelelahan karena Allah dan meninggikan kalimatNya yang menjadikannya sebagai cara dan jalan menuju surga. Di balik jihad memerangi jiwa dan jihad dengan pedang, ada jihad hati yaitu jihad melawan syetan dan mencegah jiwa dari hawa nafsu dan syahwat yang diharamkan. Juga ada jihad dengan tangan dan lisan berupa amar ma’ruf nahi mungkar. [1]
Sedangkan Ibnu Rusyd (wafat tahun 595 H) menyatakan, “Jihad dengan pedang adalah memerangi kaum musyrikin atas agama, sehingga semua orang yang menyusahkan dirinya untuk dzat Allah maka ia telah berjihad di jalan Allah. Namun kata jihad fi sabilillah bila disebut begitu saja maka tidak dipahami selain untuk makna memerangi orang kafir dengan pedang sampai masuk islam atau memberikan upeti dalam keadaan rendah dan hina” [2].
Ibnu Taimiyah (wafat tahun 728H) mendefinisikan jihad dengan pernyataan, “Jihad artinya mengerahkan seluruh kemampuan yaitu kemampuan mendapatkan yang dicintai Allah dan menolak yang dibenci Allah” [3].
Di tempat lainnya, beliau rahimahullah juga menyatakan, “Jihad hakikatnya adalah bersungguh-sungguh mencapai sesuatu yang Allah cintai berupa iman dan amal sholeh dan menolak sesuatu yang dibenci Allah berupa kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan” [4].
              Tampaknya tiga pendapat di atas sepakat dalam mendefinisikan jihad menurut syariat Islam, hanya saja penggunaan lafadz jihad fi sabilillah dalam pernyataan para ulama biasanya digunakan untuk makna memerangi orang kafir. Oleh karena itu, Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin Al ‘Abaad menyatakan bahwa definisi terbaik dari jihad adalah definisi Ibnu Taimiyah di atas dan beliau menyatakan: Dipahami dari pernyataan Ibnu Taimiyah di atas bahwa jihad dalam pengertian syar’i adalah istilah yang meliputi penggunaan semua sebab dan cara untuk mewujudkan perbuatan, perkataan dan keyakinan (i’tiqad) yang Allah cintai dan ridhoi serta menolak perbuatan, perkataan dan keyakinan yang Allah benci dan murkai. [5]

Turunan Al-Wala’ yang kedua adalah ikhlas. Pengabdian yang murni hanya dapat dicapai dengan sikap Baro’ terhadap selain Allah dan Wala’ terhadap Allah.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(TQS Al-Bayyina ayat 5)
->  Mukmin diperintahkan untuk berlaku ikhlas

“Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.”
Katakanlah: "Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.”
(TQS Az-Zummar ayat 11 dan 14)
-> Ikhlas adalah inti ajaran Islam (Laa illaha illallah)

Konsep Wala’ dan Baro’
1)       Allah sebagai sumber >> loyalti mutlak hanya milik Allah.
2)       Rasul sebagai cara >> maksudnya bersikaplah Wala’ dan Baro’ sesuai dengan yang telah Rasulullah contohkan.
3)       Mukmin sebagai pelaksana >> yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah.
Pelaksanaan Al-Wala’ dan Al-Baro’ tidak boleh asal-asalan.


[1] Al I’lam Bi Fawa’id Umdat Al Ahkam, Ibnu Al Mulaqqin, tahqiq Abdulaziz Ahmad Al Musyaiqih, cetakan pertama tahun 1421H, Dar Al ‘Ashimah, 10/267.
[2] Muqaddimah Ibnu Rusyd 1/369, kami nukil dari kitab Mauqif Al Muslim Minal Qitaal Fil Fitan, Utsman Mu’allim Mahmud cetakan pertama tahun 1416 H, Dar Al Fath 41 dan majalah Al Asholah edisi 21/IV/ 15 rabi’ul awal 1420 H hal. 43
[3] Majmu’ Al Fatawa, 10/192-193
[4] ibid 10/191
[5] Al Quthuf Al Jiyaad 5

sumber::
-         MR ana ^_^